PROMOSI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN

PROMOSI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN
Kesehatan

Jumat, 16 Desember 2011

PROMOSI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN

PROMOSI KESEHATAN
Adalah upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat.
PERAN PROMOSI KESEHATAN
1. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu pilar bagi “Indonesia Sehat 2010”.
2. Promosi kesehatan adalah penopang utama bagi setiap pogram kesehatan.
3. Satu fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN


A. GERAKAN PEMBERDAYAAN
B. BINA SUASANA
C. ADVOKASI Yang diperkuat oleh KEMITRAAN serta METODE DAN SARANA yang tepat GERAKAN PEMBERDAYAAN

PEMBERDAYAAN :
adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti per-kembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).


SASARAN UTAMA PEMBERDAYAAN :
  1. Individu
  2. Keluarga
  3. Kelompok masyarakat
BINA SUASANA


BINA SUASANA :
adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut.
TIGA PENDEKATAN :

Pendekatan Individu,
Pendekatan Kelompok, dan
Pendekatan Masyarakat Umum.

Bina Suasana Individu
Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat.
Dengan pendekatan ini diharapkan :
- dapat
menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
-
dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur– demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).
- dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.

Bina Suasana Kelompok
•           Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
•          Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan me-nyetujui atau mendukungnya.
•         Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan,  mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.


Bina Suasana Masyarakat Umum
•         Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut.
Dengan pendekatan ini diharapkan :
media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.
•         M
edia-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut.
Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.

ADVOKASI
•         Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
•         Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis.
Stakeholders yang dimaksud bisa berupa :
•         tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
•         tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya.
•         Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah.
•         Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat.
•         Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah,     (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advo-kasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.
•         Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:
•         Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
•         Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
•         Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
•         Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
•         Dikemas secara menarik dan jelas
•         Sesuai dengan waktu yang tersedia

KEMITRAAN
•         Kemitraan harus digalang baik dalam rangka Pemberdayaan maupun Bina Suasana, dan Advokasi.
•         Kemitraan perlu digalang dengan individu-individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masya-rakat, media massa, dan lain-lain.


KESETARAAN
Kesetaraan berarti :
•         Tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.
•         Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah).
•         Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Adapun bila kemudian dibentuk struktur yang hirarkhis (dalam organisasi kelompok kemitraan, misalnya), adalah karena kesepakatan.

KETERBUKAAN
•         Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak.
•         Setiap usul/ saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.
•         Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.


SALING MENGUNTUNGKAN
•         Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat.
•         Perilaku sehat dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin.

METODE & SARANA
•         Terdapat dua hal yang menentukan keberhasilan komunikasi, yaitu:
(1) metode komunikasi, dan
(2) sarana atau media pendukung
komunikasi.

Metode komunikasi
•         Pemberdayaan dapat dilakukan dengan pilihan metode: ceramah & tanya jawab, dialog, demonstrasi, konseling, bimbingan, kerja kelompok, dan lain-lain.
Bina Suasana dapat dilakukan dengan metode-metode: penggunaan media massa, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/ resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.
•         Advokasi dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi, dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.
•          Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil.


Sarana komunikasi
•         Jika penerima informasinya berupa individu tertentu, dapat digunakan media seperti lembar-balik (flashcards), gambar-gambar/foto-foto dan skema yang berupa lembaran-lembaran.
•         Jika penerima informasinya berupa kelompok tertentu, dapat digunakan lembar-balik ukuran lebih besar, pertunjukan slides (melalui overhead projector, slide projector, komputer & LCD projector, atau lainnya), dan pertunjukan filem (melalui film projector, VCD player, komputer & LCD projector, atau lainnya).
•         Jika penerima informasinya berupa masyarakat umum atau individu-individu dan kelompok-kelompok di mana pun  berada (tidak tertentu), dapat digunakan poster, leaflet, flyer, majalah, koran, buku, siaran radio, dan tayangan televisi.

PROMOSI KESEHATAN OLEH PUSKESMAS


Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pemba-ngunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai Visi „Indonesia Sehat“.
•         Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai : (1) pusat peng-gerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.


Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan Individu
•         Pemberdayaan individu dilakukan oleh setiap petugas Puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Selain itu juga terhadap individu-individu yang menjadi sasaran kunjungan (misalnya dalam upaya keperawatan kesehatan masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).
Pemberdayaan Keluarga
•         Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh petugas Puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga. Yaitu keluarga dari individu pengunjung Pus-kesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas.
Pemberdayaan Masyarakat Umum
•         Pemberdayaan juga dapat dilakukan terhadap sekelompok individu anggota masyarakat, melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat (community organization/community development).

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
Adalah :
•         Upaya meningkatkan kemauan, kesadaran dan kemampuan sehingga perorangan, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya
•         Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor penting yang dapat memacu percepatan keberhasilan tujuan pembangunan.


TUJUAN PHBS
Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.


Tujuan khusus
  1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup bersih dan sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan dan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup serta dana sehat/JPKM
  2. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal khususnya KIA, gizi, imunisasi, kesling dan hal-hal berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup
3. Meningkatkan peran media massa dalam pembangunan kesehatan dalam menyebar luaskan informasi kesehatan
4. Meningkatkan peran organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam upaya penyuluhan kesehatan.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pennyelenggaraan dan pengembangan JPKM

Sasaran PHBS


1. Rumah Tangga : ibu, semua anggota keluarga mulai dari bayi, anak balita, remaja, orang dewasa dan lansia termasuk kepala keluarga.
2. Institusi pendidikan :
•          Sekolah dasar (negeri/swata), madrasah Ibtidai’yah
•          SLTP (negeri/swasta), Madrasah Tsanawiyah
•          SLTA 9negeri/swasta), Madrasah Aliyah
•          PT
•          Lembaga pendidikan non formal lain
3. Institusi kesehatan
•          Polindes, Pustu, Puskesmas
•          BKIA, BP swasta
•          Rumah bersalin
•          RSU dan RS swasta
•          Tampat-tempay praktek swasta
•          Laboratorium medis dan kesehatan
4. Tempat-tempat kerja
•          Kantor-kantor pemerintah
•          kantor-kantor swasta
•          pabrik
•          tempat-tempat home industri
5. Tempat-tempat umum
•          Tempat ibadah
•          tempat hiburan
•          tampat wisata
•          pasar, terminal dll
6.  Warung-warung makanan/minuman
•          restoran, warung dll
7.  Pondok pesantren


INDIKATOR RUMAH TANGGA SEHAT :
  1. Ibu hamil periksa ANC
  2. pertolongan persalinan oleh nakes
  3. PUS ikut KB
  4. bayi diberi ASI eksklusif
  5. menjadi peserta dana sehat/JPKM
  6. tidak merokok
  7. makan sayur dan buah setiap hari
  8. tersedia air bersih
  9. tersedia jamban
  10. melakukan aktifitas fisik setiap hari
  11. kesesuaian luas rumah dengan jumlah penghuni
  12. lantai rumah bukan dari tanah
  13. tahu tentang AIDS
  14. anggota keluarga kuku pendek
  15. ganti baju sesuai aktifitas
  16. membuang sampah di tempatnya
Pesan-pesan PHBS :
  1. Periksakan kehamilan kepada petugas kesehatan minimal 4 x selama kehamilan dan minumlah tablet tambah darah sebutir sehari.
  2. Gunakan jamban/wc untuk keperluan buang air besar
  3. Minumlah air bersih yang sudah dimasak sampai mendidih
  4. Bersihkan bak mandi seminggu sekali
  5. Setiap hari mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
  6. Cucilah tangan sebelum menyentuh makanan
  7. Hindari kebiasaan merokok
  8. Hindari hubungan seksual diluar nikah
  9. Ikutlah menjadi peserta nada sehat/JPKM